HAFIZH JUNDU !!! HAFIZH JUNDU !!! HAFIZH JUNDU

Kamera cctv

Minggu, 24 Mei 2015

KREATIVITAS


PEMANASAN SEBELUM BELAJAR KREATIVITAS

1.     Kata apa saja yang menggambarkan dirimu hari ini ?

Perasaan yang saya rasakan hari ini yaaa Alhamdulillah lagi senang-senangnya karena hari ini tidak seperti biasanya, jalanan tidak macet,. Tapi ngantuk banget karena lembur buat ngerjain tugas laporan praktikum dan lelah karena habis dari bogor untuk ikut seminar nasional fisika di IPB.


2.    Memberikan judul pada sebuah gambar dan mendiskripsikanya 

EFEK GRAVITASI TERHADAP BUAH APEL DI ATAS POHON


Kronologisnya : Pada suatu ketika, hiduplah di suatu desa, seorang anak laki-laki yang pandai nan rajin membaca,dialah Jimmy Newton. Jimmy adalah seorang anak yang sangat pintar di kelasnya, dibandingkan dengan teman-teman sebayanya iya sangat cerdas, hal ini dikarenakan iya sering membaca. Pada suatu ketika disaat jimmy sedang asyik membaca buku Laporan Fisikanya, ia dikejutkan oleh jatuhnya apel ke kepalanya, hal ini sontak membuat jimmy ketakutan, karena disana tidak ada seorang pun melainkan hanya dia.


 Akhirnya dia berfikir tentang apa yang menyebabkan apel ini jatuh dari pohon ???,,, sambil memakan apel yang jatuh itu dan melanjutkan aktivitas membacanya. Beberapa hari berselang, dia kembali tertimpa apel itu dan apel tersebut jatuh di lubang yang sama dan tak bisa bangkit lagi….

Pada saat itu jimmy kesal dan bersiap untuk menyaksikan sendiri proses apel itu terjatuh… jimmy menunggu terus dan terus menunggu apel yang jatuh yang tak kunjung datang juga….. jimmy resah,gelisah tanpa arah menunggu kepastian jatuhnya apel untuk ketiga kalinya. Dan akhirnya saat yang jimmy tunggu-tunggu datang juga…. Buah apel yang masih segar jatuh dari pohonya dan tergeletak tepat di sebelah matanya(mata kaki). Dan pada saat itu jimmy menemukan sebuah teori yang sangat terkenal sampai sekarang bahwa
Buah yang jatuh, tidak akan jauh dari pohonnya’.

1.     Andai kata anda tidak belajar Psikologi pendidikan ?

-      Saya pasti jam 10.00 masih di rumah
-      Saya pasti tidak bisa membuat blog
-      SKS wajib saya kurang
-      Saya tidak akan tahu XFarmasi

2.    Pertanyaan mengenai kreativitas ?
- Andai semua orang memiliki kesamaan kreativitas di zaman,tahun,bulan,hari,jam,menit,detik,nanodetik ?
-      Mengapa kebanyakan wanit lebih kreatif dibandingkan dengan laki-laki ?
-      Apa yang membuat kreativitas setiap orang berbeda ?
-      Apa kah kreativitas seseorang dapat hilang ?

 Pengertian Kreativitas
“Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan” (Semiawan, 1999: 89). Selain dari apa yang telah disebutkan diatas, maka untuk memahami pengertian kreativitas, maka Rhodes (Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada beberapa tinjauan yang harus dikaji. Adapun definisi kreativitas itu dapat dikaji melalui the Four P’s of Creativity (Person, Product, Process, and Press).
Kreativitas sebagai pribadi (person), kreativitas itu mencerminkan keunikan individu dalam pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan. Hal ini dipertegas oleh Paul Swartz (1963) bahwa kreativitas merupakan ekspresi tertinggi individualitas manusia.
Kretivitas sebagai produk (product), suatu karya dapat dikatakan kreatif, jika karya itu merupakan suatu ciptaan yang baru atau orisinil dan bermakna bagi individu dan atau lingkungan. Lebih jauh diungkapkan oleh Jhon A. Glover (1980) bahwa ada tempat pemberangkatan yang terbaik, yaitu kriteria yang dianggap cukup representatif oleh sebagian besar para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas. Kriteria yang dimaksudkan adalah sifat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).
Kreativitas sebagai proses (process) yaitu menyibukkan diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berfikir. Para ahli yang merumuskan definisi kreativitas berdasarkan proses, yaitu Spearman (1930) dan Torrance (1974). Spearman (Munandar, 1977) berpendapat bahwa berpikir kreatif pada dasarnya merupakan proses melihat atau menciptakan hubungan antara proses sadar dan dibawah sadar. 
Kreativitas sebagai press, menurut bahasa MacKinnon (Roslnaksky, 1970) situasi yang kreatif, yaitu kondisi dari dalam atau luar, lebih konkritnya situasi kehidupan atau lingkungan sosial, kultural, dan kerja yang memberikan kemudahan dan mendorong penampilan pikiran dan tindakan kreatif.
Akhirnya secara komprehensif kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang orisinal dan bermanfaat.


1.      Teori Psikoanalisis
Menganggap bahwa proses ketidaksadaran melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi dari  kondisi psikopatologis.
2.      Teori Assosiasionistik
Memandang kreativitas sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
3.      Teori Gestalt
Memandang kreativitas sebagai manifestasi dari proses tilikan individu terhadap lingkungannya secara holistik.
4.      Teori Eksistensial
Mengemukakan bahwa kreativitas merupakan proses untuk melahirkan sesuatu yang baru melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam. Menurut May (1980), dengan teori eksistensial ini, setiap perilaku kreatif selalu didahului oleh ‘perjumpaan’ yang intens dan penuh kesadaran antara manusia dengan dunia sekitarnya.
5.      Teori Interpersonal
Menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan sosial. Dengan menempatkan pencipta (kreator) sebagai inovator dan orang di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil kreativitas. Teori ini menekankan pentingnya nilai dan makna dari suatu karya kreatif. Karena nilai mengimplikasikan adanya pengakuan sosial.
6.      Teori Trait
Memberikan tempat khusus kepada usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas.

Betapa pentingnya pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan ditekankan oleh para wakil rakyat melalui Ketetapan MPR-RI No.11/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai berikut:
“Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang yang memerlukna jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja” (Departemen Penerangan, 1983:60).
Perilaku kreatif adalah hasil dari pemikiran kreatif. Oleh karena itu, hendaknya sistem pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran.

E.          Upaya Membantu Mengembangkan Kreativitas dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
b. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan.
c. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
d. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.
e. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :
a. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.
b. Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak.
c. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
d. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya.
e. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya.

 Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Mengenai perkembangan kreativitasnya, Arasteh (Hurlock, 1982) mencoba untuk mengidentifikasi sejumlah usia keritis bagi perkembangan kreativitas pada usia mereka.  Pertama, pada usia 5–6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah, mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan dan tata tertib yang dibuat orang dewasa ( orangtua dan guru). Kedua, Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya.
Beberapa peran sekaligus implikasi yang dapat diterapkan guru demi meningkatkan perkembangan kreativitas anak didik diantaranya  disimpulkan oleh Barbed an Renzulli sebagai berikut (1975) :
1.      Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
2.      Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan.
3.    Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
4.      Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan.
5.   Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
6.      Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian.
7.      Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.
8.    Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa percaya diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.

Jelaslah bahwa peran guru sangat penting, tidak hanya dalam mempengaruhi belajar siswa selama di sekolah, tetapi juga dalam mempengaruhi masa depan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SERING-SERING MAMPIR KESINI YAA